Aku punya sahabat, jika dihitung dari saat pertama kali kami berkenalan, maka secara kuantitas umur persahabatan kami baru beranjak ke tahun ke-3 lebih. Namun jika kau tanya kepadaku makna persahabatan ini kepadaku, maka aku akan menjawab maknanya lebih dari persahabatan yang seumur jagung pada umumnya. Aku akan menjawab persahabatanku ini dapat menyaingi makna persahabatanku yang sudah lama sekali ku jalin dengan teman-teman SD, SMA, dan SMA
.
Ya, benar.. ia merupakan salah satu dari teman kampusku yang aku kategorikan sebagai sahabat. Bagaimana tidak, kami memang baru 3 tahun bersahabat, namun sepertinya sudah semua aku ceritakan kepadanya. Mungkin hampir semua juga sudah ia ceritakan kepadaku. Dalam suka maupun duka, di titik prestasi maupun musibah, di kala mood tinggi maupun mood jelek, sahabatku ini selalu ada. Walaupun tidak di depan mata, doa dan dukungannya tetap mengalir. Tetap berusaha menenangkan dan bukan mengompori. Tetap memutarbalikkan aku ke jalan yang benar saat aku melenceng sedikit. Iya,.... dia memang bukan seperti yang kau bayangkan. Ia bukan wanita muslimah yang sudah seperti istiqomah. Ia sama sepertiku, yang sedang menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, yang sedang menahan diri dari hawa nafsu yang terus menggoda, ia adalah teman belajar yang menggembirakan.
.
Beda umurku dengannya hanya setahun, levih tepatnya.. satu tahun dua bulan. Ia biasa memanggilku dengan sebutan "kak", sebuah penghormatan walau usia kami hanya beda beberapa bulan (14 bulan). Namun dibalik batasan usia tersebut, aku tidak pernah benar-benar menganggapnya sebagai seorang adik, aku mungkin akan menganggapnya kembaran, ah tidak, kembaran yang fisiknya sama pun dapat berbeda pemikiran dan perilaku, aku mungkin mengibaratkan dirinya sebagai cermin, sebuah representatif untuk menggambarkan sifatnya. Yaaa, sifatnya tidak terlalu berbeda denganku, walau tidak terlalu sama juga
.
Sebagai cermin, aku sering berkaca padanya. Menanyakan apakah langkah yang sudah kuambil ini benar? Apakah sudah semestinya?. Cermin itu berkata, bahwa menurutnya ini bukan seperti ini, atau ia berkata ini sudah benar..yakin saja, atau jika ia benar-benar bingung, ia akan menyuruhku berdoa untuk segera mendapatkan petunjuk dan begitupun ia juga akan mendoakanku. Ia juga tidak segan menyalahkan perbuatanku yang keliru. Berbeda dengan sebagian teman yang 'segan' untuk memberikan peringatan di saat temannya yang lain salah, ia berada di garda terdepan untuk membelokkan aku ke arah yang benar. "Menurut gue, lo tuh salah kak". Yaaa, kami tidak se kaku itu, dalam panggilan pun kami biasa menggunakan "lo gue", yang pada umumnya digunakan untuk panggilan teman sebaya dan seumuran
.
Saat bertemu, tidak pernah satu pertemuan pun yang sunyi akan bumbu-bumbu pengalaman hidup. Entah aku yang cerita padanya, entah ia yang cerita padaku. Kami dapat bercerita apapun. Ya apapun. Kecuali satu, 'membicarakan keburukkan orang lain', 'membicarakan hal yang tidak penting'. Oke, aku akui, kami mungkin... masih sekali dua kali tidak sadar menyentuh apa yang namanya "ghibah", tapi aku sebisa mungkin akan mengalihkan pembicaraan kami jika menyerempet ke arah sana, dan aku yakin, sahabatku ini juga akan melakukan apa yang aku lakukan. Untuk mengisi pertemuan kami, tak akan ada habisnya obrolan kami jika kami tidak melihat jam tangan di pergelangan tangan kami. Ya, hampir semua topik sudah kami caplok. Kehidupan di kampus, kehidupan di rumah, politik, pendidikan, sosial, budaya, hukum, dan apapun yang bagi kami itu adalah sesuatu yang penting yang harus dibicarakan dan bermanfaat bagi wawasan kami. Jika aku dapat memberikan label terhadap dirinya, ia selain menjadi kaca, juga menjadi jendela wawasanku
.
Dari berbagai topik yang kami bicarakan saat bertemu, ada topik yang paling aku senangi. Yaitu tentang agama. Tidak selamanya berbicara agama itu membosankan. Beberapa anak muda, ketika diajak membicarakan tentang agama, akan merasa obrolan itu terlalu berat, kaku, dan tidak mengasyikkan. Namun kami, aku dan sahabatku.... selalu saja ada yang kami bicarakan untuk menambah wawasan kami dalam beragama. Ada saja ilmu yang kami saling tukar tentang bagaimana indahnya Islam. Selalu saja terkagum-kagum dengan kesempurnaan Islam. Tentang bagaimana aturan-aturan Islam yang jika dijalankan, akan memberikan manfaat tak terkira, walau kadang kita si manusia tak mengetahuinya. Yaaa itulah, aku dan sahabatku tidak ada satu oun yang merasa tinggi dan benar. Aku tidak pernah merasa lebih tinggi dan benar darinya, ia pun pasti akan merasa begitu. Satu hal, ia merupakan teman belajar yang menggembirakan. Sekali lagi, menggembirakan. Ia dapat mengubaha kesedihan menjadi kegembiraan. Sebuah pola pikir yang jarang dipunyai kebanyakkan orang. Sebuah karunia berharga yang ia miliki. Berpikiran positif di segala situasi
.
Jika aku ceritakan disini, mungkin para pembaca akan bosan, karena jika aku teruskan.... ini akan menjadi tulisan terpanjang yang pernah aku upload. Maka dari itu, biarlah cerita ku dan sahabatku terus berjalan dan aku kenang dalam hatiku (ea wkwkwk *nih alasan doang capek nulis). Hahaha berhubung sekarang sudah menunjukkan waktu 5:19 WIB, aku harus pamit. Harus mandi-beberes-dan memulai aktivitas di Senin Pagi yang cerah dan insyaAllah diberkahi ini
.
Poin dari tulisan ini sebenarnya aku hanya ingin mendokumentasikan seorang sosok yang sangat berkontribusi dalam kehidupanku, dalam pola pikirku. Seorang yang tadinya bukan siapa-siapa, namun sekarang dapat aku anggap sebagai bagian dari anak ibuku.... (saudaraku). Dan satu hal lagi, kemarin ia berulang tahun, kebanyakkan orang, ketika ulang tahun akan memberi selamat kepada orang tersebut, namun aku sengaja tidak memberinya selamat dan mengucapkan "selamat ulang tahun"
.
Aku ingin berbeda dari kebanyakkan orang yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Aku justru ingin memberikan ia peringatan. Peringatan yang merupakan bentuk kasih sayangku.
.
Dear sahabatku,
Usia mu kini telah berkurang,
Dan kematianmu kini semakin dekat,
Jangan takut, aku.. ibu... bapak... saudara-saudara kita... semuanya juga begitu, umur 7,5 milyar orang di dunia ini setiap detik juga berkurang...
Maka dari itu, kita.. yang sudah mulai sadar "siapakah kita", haruslah bergegas..
Cepat bergegas...
Jangan tergoda dengan apa yang menyenangkan mata...
Dua mata yang kita miliki mungkin dapat berdecak indah pada hal fana
Tapi hati kita tidak... hati kita dapat mensensor keindahan mana yang menenangkan sesungguhnya...
“Kebajikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa yang membuat bimbang (ragu) hatimu dan engkau tidak suka dilihat (diketahui) oleh manusia.” [HR. Muslim]
.
Dear sahabatku,
Aku doakan semoga engkau selalu diberikan petunjuk (hidayah) oleh Allah SWT,
Semoga bertambah yakin hatimu akan kebenaran Islam,
Semoga segala langkah yang kau tempuh, diberkahi Allah SWT,
Tetap dan makinlah jadi sebaik-baiknya manusia, manusia yang paling bermanfaat bagi sekitarnya,
Semoga kita tetap bersahabat selamanya,
Dan bisa reuni di surga-Nya
Aamiin
(Panggil aku kalo gak ada di surga yaaa😭)
.
.
Dari yang menyayangimu karena Allah,
Sahabatmu,
DA
Bekasi, Juli 2017
Komentar
Posting Komentar