Ada seorang teman yang mengaku sedang mengalami yang namanya krisis kepercayaan diri. Ia merasa tidak secantik wanita pada umumnya. Seorang teman lainnya sontak langsung menanggapi "menurutku..., kamu itu cantik kok"
.
Usai percakapan tersebut, saya jadi kepikiran..sebenernya apa sih definisi "cantik"? Dulu..persepsi saya, cantik itu adalah seorang wanita yang badannya kurus, tinggi semampai, rambutnya lurus hitam kemilau, mukanya bersih..kulitnya putih..hidungnya mancung. Tapi ternyata, itu mungkin hanya sugesti yang dikirimkan oleh beberapa iklan2 produk kecantikan kepada pemirsanya (saya salah satunya)
.
Lambat laun saya berpikir..bahwa tiap individu, tiap masyarakat memiliki perspektif yang berbeda-beda akan makna kecantikan. Buktinya, bagi para lelaki barat alias "bule", wanita Asia dianggap lebih cantik dengan ke 'khas' an wajahnya dibanding wanita asli Eropa. Terdengar pula sebuah kelompok masyarakat yang mendefinisikan cantik berbanding terbalik dengan kurusnya badan
.
Dari situ saya menyadari bahwa sebenarnya kalo kita perhatikan dengan seksama, setiap wanita itu telah dilahirkan bersamaan dengan kodratnya sebagai simbol kecantikan. Namun seiring berjalannya waktu, ada yang menyadari lalu mensyukurinya dengan 'menjaganya', ada yang mengumbarnya, ada pula yang tak menyadarinya
.
Lalu, jika semua wanita pada hakikatnya dilahirkan dengan kecantikkan 'with own her way', maka pikir saya harus ada yang membedakan diantara kesemuanya. Ada pepatah yang bilang "cantik saja tidak cukup Nak, dunia terlalu keras jika hanya mengandalkan kecantikan". Benarkah?
.
Beberapa tahun yang lalu saya sempat mengagumi beberapa seleb/teman yang cantik, fashionable, dan populer. Sampai suatu saat saya menyadari bahwa kami, kaum wanita zaman modern berlomba-lomba mengikuti gaya fashion dan gaya hidup seleb dalam maupun luar negri. Semakin masif sehingga membuat saya berpikir ulang;
.
Jika semua wanita zaman sekarang hanya dengan sekali dua kali polesan mbak2 salon bisa jadi dikategorikan cantik versi mayoritas orang, lalu apa yang membedakan kecantikkan yang mereka miliki? Kalo kata dosen matkul bisnis di kampus saya, apa competitive advantagenya?
.
Sampai saya makin sadar, bahwa mengikuti tren fashion dan lifestyle itu tak akan pernah ada habisnya. Tak ada yang statis di dunia ini. Semua bergerak, silih berganti. Ditambah lagi, (percaya gak percaya) bahwa seluruh kehidupan manusia di dunia ini sekarang sudah dipengaruhi oleh protocol of zionism. Sebuah tatanan dunia baru yang mencengangkan. Termasuk trend fashion yang melanda para wanita. Yang jika selalu diikuti tak akan pernah bersimpang pada satu titik dengan kepuasan. Selalu saja tak puas.
.
Karena sebenarnya kalau kita mau mendengar kejujuran suara hati, wanita yang menurut pandangan mata secara physically biasa aja, yang tutur kata dan gaya berbusananya sederhana aja, justru dapat mengalahkan si cantik versi mayoritas. Siapa kah mereka?
.
Saat melihat seorang teman yang berbeda dari kebanyakan teman lainnya, yang biasa saja dalam merespon hal-hal yang menggoda wanita pada umumnya seperti fashion, popularitas, dan hal-hal yang'menyenangkan' pandangan mata lainnya, saya kagum pada mereka dan merasa 'adem' ketika berjumpa dengan mereka
.
Mereka mungkin tak se speak up dan tak se fashionable wanita pada umumnya. Tapi sekalinya mereka mengeluarkan kata-kata, faedah dari olahan intelektualitas yang dibaluti dengan kerendahan hatinya dapat menggugah pola pikir saya
.
Benar sekali memang sabda Rasulullah SAW "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita shaleha". Betapa banyak wanita yang mengejarkan kecantikkan fana, namun hanya sedikit yang bergegas mengejar kecantikkan seutuhnya
.
Pernah suatu ketika saya membaca buku. Penulisnya seorang laki-laki. Tapi herannya, topik dari setiap buku yang ia tulis adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kaum perempuan. Pada buku yang saya baca tersebut, kemudian si penulis mengutarakan alasan mengapa ia selalu menulis dengan target konsumennya para wanita
.
Adalah karena cita-citanya untuk memajukan negara. Menurutnya, cara yang tepat untuk memajukan negara adalah dengan mengubah kaum wanitanya. Jika kaum wanitanya terpelajar, maka akan mencetak Ibu-Ibu terbaik yang akan melahirkan anak-anak terbaik pula. Dan salah satu medianya adalah bacaan dengan target kaum wanita
.
Tak heran.. syair Arab dibawah ini sangat terkenal di kalangan wanita sebagai motivasi dalam menuntut ilmu
.
“Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq.”
(Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik)
.
Jelaslah sudah bahwa tujuan utama wanita di dunia bukanlah untuk mengejar kecantikan yang fana, kecantikan seutuhnya adalah kecerdasan dalam balutan keimanan pada-Nya
.
Dan untuk kita, mari hentikan mencela para Ibu yang sewaktu mudanya antusias 'menuntut ilmu sampai ke negeri Cina' yang setelah berumah tangga lebih memilih tinggal di rumah untuk mengurus anak-anaknya dengan mengatakan "percuma sekolah tinggi-tinggi, kalo ujung-ujungnya didapur"
.
Tidak berkacakah kita, bahwa kita sampai dititik ini berkat Ibu kita yang berpendidikan. Walau Ibu kita mungkin bukanlah yang mendapat title dari lembaga formal tingkat tinggi, tapi mereka tetaplah wanita yang berpendidikan. Mereka adalah ibu yang kaya akan ilmu agama, ilmu moral, dan ilmu asam garam. Dan berkat pilihan Ibu kita untuk mengurus dan menemani kita dirumahlah, sampai saat ini kita tak kekurangan kasih sayang secuil pun
.
Bukankah ilmu didahulukan dalam suatu amalan?. Maka tak ada kata percuma jika ibu yang berpendidikan tinggi memilih untuk mengamalkan ilmunya dengan cara mengurus anaknya di rumahnya
.
Tentang pendidikan, kita pasti setuju dengan apa yang disampaikan Nelson Mandel, "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world".
.
Jadi..Adakah pekerjaan yang lebih mulia daripada menjadi pencetak generasi terbaik dunia?
.
-DA-
9 Juli 2017
Komentar
Posting Komentar