"Ma. Masa ternyata aku dikasi surprise tadi"
"Mana kuenya?"
"Udah abis tadi"
"Yah yaudah gausah ngomong kalo udah abis"
"Yaudh besok aku beliin buat mama (sambil ngirim foto ke whatsapp mama)..ini ma foto aku tadi dikasi surprise"
"Nah temen-temen kamu kayak gini tanyain alamat dan nomor telefon nya, nanti kalo kamu nikah dan tiba tiba lost contact kan bisa kirim undangannya ke alamatnya"
(Hemm. Napa jadi undangan ya. *dalam hati ini bertanya*)
.
.
.
.
Sore ini seperti biasanya. Tiga menit sebelum bel berbunyi aku sudah merapihkan meja kerja ku. Dua menit sebelum bel berbunyi aku sudah mematikan laptop ku. Tepat saat bel berbunyi, aku meninggalkan meja ku
.
Kali ini aku tidak langsung pulang kerumah, ada sebuah janji yang harus ku tepati. Seperti biasa, memang aku dan dua orang sahabatku biasa temu kangen minimal sebulan sekali. Panggil saja mereka Sari dan Tari
.
Kadang aku berfikir, kenapa saat menempuh kemacetan untuk hal-hal seperti ini (main bersama teman), aku tidak mengeluh. Berbeda dengan kemacetan saat berangkat kerja. Ah, lagi lagi menurutku ini masalah keikhlasan. Aku sangat senang jika bertemu dan bercengkrama teman-temanku karena pada dasarnya aku ingin menjalin silaturahmi dengan mereka. Sedangkan bekerja, orientasiku hanya uang. Uang untuk mencukupi kebutuhan. Dan aku sadar, yang salah bukan karena aktifitasnya. Bukan karena aku "bekerja". Tapi karena mindset ku yang menempatkan uang di posisi pertama, bukan hal berbau akhirat yang ku tempatkan
.
Kurang lebih 1 jam perjalanan dari Sunter, Jakarta Utara menuju (mantan) kampus ku di daerah Plaza Festival, Kuningan, Jaksel memang bukanlah perjalanan yang singkat. Aku harus melewati beberapa lampu merah, menyalip truk, dan tentunya titik titik kemacetan seperti daerah jatinegara dan pramuka
.
Sesampainya di kampus, aku masih merasa jiwa ku masih sebagai mahasiswa. Walau ragaku sekarang sudah beradaptasi dengan dunia kerja. Memasuki kampus,ku tatapi wajah-wajah yang tak ku kenal di tempat yang sangat ku kenal. Tempat itu seakan menarik otak ku untuk menjelajahi waktu. Empat tahun yang lalu, yang tak singkat, dan tak mungkin tak berkesan. Tapi sekali lagi, aku tidak bisa menemukan wajah yang ku kenal. Dari langkah pertama, selalu saja aku menemukan wajah-wajah baru yang penuh dengan rasa ingin tahu
.
Setelah mengurus beberapa urusan, akhirnya aku bertemu Sari. Sari memintaku menemaninya ke perpustakaan kampus. Ia bilang,ia ingin meminjam buku
.
Setelah itu, kami segera menuju ke tempat janjian bersama Sari. Namun di perjalanan menuju parkiran, aku seperti melihat teman satu jurusanku yang sudah lama aku tidak bersua dengan nya. "Sar, itu bukannya Mawar ya?"/"Iya kak,udah udah buruan yuk, Kak Tari udah nungguin"
.
Aku hanya menatap Mawar sekilas, ia sedang membelakangiku. Aku ditarik Sari keluar kampus sambil aku teriak memanggil nama Mawar. Ah, padahal ingin berbincang sebentar dengan Mawar. Tapi yasudahlah, karena memang hari ini aku janjian dengan Tari dan Sari. Jadi harus buru-buru ke tempat janjian tersebut
.
"Kakak mau bakpao?"/"dibeliin?"/"iya"/"mau lah"
Sari menawarkan bakpao. Akhirnya sambil ia membeli bakpao, aku mengambil motor di parkiran. Namun ketika aku sudah siap, sari bilang ia kebelet buang air kecil
.
Beberapa menit kemudian, ia bilang toilet wanita dikunci. Aku bilang, aku antar saja ke toilet UKM (Kantin dekat parkiran) kalau begitu
.
Akhirnya aku antar Sari ke toilet UKM. Waktu itu sudah menunjukkan jam 7 malam kurang 15 menit. Aku jadi merasa tidak enak dengan Tari yang sudah menunggu di kafe. Ku kabari Tari bahwa aku sedang menunggu Sari yang sedang kebelet pipis
.
Sesampainya di Parkiran dekat kafe, ketika aku sudah selesai membereskan jaket beserta peralatan rider, tiba-tiba Sari mendapatkan telefon. Wajahnya terlihat sangat cemas dan badmood. Ternyata, manajernya menelfon nya. Dan dari yang ku dengar, manajernya meminta Sari untuk balik lagi ke kantor karena invoice yang telah diletakkan Sari tadi siang di meja manajernya tiba tiba hilang dan tidak ada. Seremnya lagi invoice itu bernilai 1 miliar. Namun Sari bilang ia sudah hampir sampai di stasiun Manggarai, sehingga tidak bisa balik ke kantor
.
Telefon itu cukup lama, aku sempat kesal juga dengan manajernya. Aku tuliskan saja di notes hapeku.. ku diktekan ke Sari supaya Sari menyampaikan kepada manajernya "Mungkin keselip Bu, besok coba aku cari lagi"
.
Akhirnya Sari menutup telfonnya. Kami pun melanjutkan perjalanan dari parkiran menuju kafe. Namun di tengah perjalanan, Sari menahan ku lagi. Padahal aku sedang buru-buru takut Tari yang sedang menunggu di kafe keburu bete karena kami yang lama
.
Sari kembali menerima telefon. Kali ini dari mba-mba tempat ia magang. Aku sudah memberi kode kepada Sari untuk menerima telefon sambil tetap berjalan. Namun wajah Sari terlihat masih cemas. Ia menahanku dan mengatakan "Kak, berhenti sebentar deh". Akhirnya kami berhenti lagi di tengah perjalanan. Kira-kira sekitar 5 menit kemudian, akhirnya kami bisa melanjutkan perjalanan. Aku bilang saja ke Sari "Matiin aja hp lo. Itu hak lo. Ini bukan jam kerja lagi"
.
Akhirnya tiba juga aku di kafe tempat kami janjian. Nama kafenya Casadina, di daerah Rasuna Epicentrum. Sesampainya disana aku kaget, kenapa bisa banyak orang yang datang? Aku kira hanya aku bertiga. Ternyata disana sudah ada juga Tiwi, Zia, Mawar. Padahal tadi di kampus aku bertemu dengan Mawar tapi tidak sempat berbincang. Eh disini akhirnya ketemu lagi, wah jodoh banget kita
.
"Wah rame nih"
"Iya dar, gue boleh ikutan kan?" Kata Zia
"Yaiyalah boleh"
.
"Kalian abis dari mana?"
"Epicentrum nih ama Zia" kata tiwi
"Loh, Mawar gak jadi kelas?"
"Iya dar, tadi pak dedi gaada.. jadi dibubarin" kata mawar
.
Aku melirik lirik kafe tersebut. Tempatnya sangat indah. Kemerlap lampu.. dekorasi.. kolam kecil depan kafe. What a perfect combination. Dan di tambah dengan teman-teman di depanku. Ah, malam yang indah. Kalo kayak gini berasa lagi mau dikasi surprise. So sweet banget kali ya kalo dilamar someone disini, haha terlintas pikiran ku yang melayang
.
Sari bilang, sari punya hadiah untuk Tiwi. Hanya saja Tiwi harus menutup mata dahulu karena Sari ingin membungkus hadiah tersebut dengan kertas kado milik Mawar. Akhirnya Sari meneyerhakan kado tersebut kepada Tiwi. Ternyata satu buah kerudung. Dan Tiwi kemudian langsung memakainya. Cantik sekali!
.
Kemudian kami mulai berbincang-bincang. Kami juga mulai memilih menu makanan. Kami pun sepakat untuk patungan. Membeli satu loyang pizza dan pasta
.
Sambil menunggu pizza dan pasta yang cukup lama, kami terus berbincang. Namun tiba-tiba, aku melihat mas-mas kafe tersebut dari dalam dapur membawa sebuah kue kearah ku. Tepat lurus dengan mataku, ia berjalan ke arahku. Dibarengi lagu yang tadinya lagu akustikan berubah menjadi lagu happy birthday. Dibarengi teman-teman ku yang menyanyikan lagu happy birthday, bahkan orang orang yang ada di kafe tersebut juga ikut menyanyikan lagu happy birthday. Dan anehnya, mereka menyanyikan, bertepuk tangan, sambil mengarah kepadaku. Kataku, "siapa yang ulang tahun" dalam hati
.
Sekitar satu menit terdiam. Akhirnya aku sadar, mereka ingin memberikan surprise ulang tahun kepadaku. Aku bertanya "ini buat gue?"/"iya"/"serius?"/"iya dar pake nanya lagi"
.
Aku masih saja menanyakan "ini serius?"/"iyaaa" kata teman-temanku. Tibatiba ketika kue yang bertuliskan happy birthday dara sudah ada di depan mataku, aku seketika tidak bisa menahan rasa haruku. Tiba tiba berlinang air mataku. Dan semakin mereka menyuruh ku untuk berhenti menangis, aku semakin terharu pula
.
Bukan tanpa sebab aku menangis, aku menangis karena aku tidak menyangka. Mereka berkumpul seperti ini, mengajakku ke kafe yang cukup premium,hanya untuk merayakan hari lahirku. Yang sebenarnya aku saja sudah merasa itu sudah gak usah dirayakan lagi
.
Tapi mereka..dengan berbagai skenario. Mengundangku, memilih kafe dengan interior premium, berpura pura ini itu, dan pada ujungnya dikhususkan untuk merayakan hari lahirku
.
Dan ketika adegan haru itu selesai, mereka semua kemudian mentertawakanku. Mentertawakan kepolosan ku. Mentertawakan aku yang tertipu dengan canggihnya ekting Sari. Dari awal aku bertemu Sari sampai aku meneteskan air mata
.
Bagaimana Sari yang sengaja meminjam buku untuk memperlambat waktu ku menuju kafe karena mereka disana belum lengkap
.
Bagaimana Sari yang menarikku untuk buru-buru saat bertemu Mawar karena sebenarnya Mawar membelakangiku karena sedang membungkus kado
.
Bagaimana Sari sengaja juga membeli bakpao untuk memperlambat waktu. Dan juga minta diantar ke toilet UKM dan berlama lama di toilet (padahal dia tidak kebelet pipis) untuk memperlambat waktu
.
Bagaimana bagusnya ekting Sari saat berpurapura di telfon manajernya. Cemasnya ia, badmoodnya ia, dan seriusnya percakapan ketika ditelfon. Padahal sebenarnya tidak ada yang menelfon ia. Ia hanya berbicara sendiri. Self talking. Lagi2 untuk memperlambat waktu
.
Kemudian bagaimana juga, tumbenan Zia dan Tiwi bermain bersama. Bisanya mereka jarang 'jalan' bersama. Tapi Tiwi bilang, Tiwi habis mengajak Zia jalan ke Mall Epicentrum Walk. Kalau dipikir2 memang agak aneh
.
Kemudian bagaimana juga, Mawar tiba tiba ada di kafe tersebut. Padahal, aku duluan dan Sari yang berjalan dari kampus menuju kafe. Tapi kenapa Mawar yang duluan sampai
.
Dan banyak kejadian lainnya yang kalau di flashback membuat aku merasa "Kenapa aku bodoh sekali?"
.
Tapi dibalik itu semua, ada hati yang tak menyangka akan dihargai sedemikian rupa. Walaupun aku tau perayaan ulang tahun tidak dianjurkan dalam Islam, namun aku berpikir positif bahwa ini hanya cara kalian untuk menyenangkan hatiku. Cara kalian untuk menghargai ku sebagai seorang teman. Cara kalian untuk menggembirakanku
.
"manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat untuk manusia. Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke hati seorang mukmin, atau engkau hilangkan salah satu kesusahannya, atau engkau membayarkan hutangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya. Dan aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada ber-i’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan lamanya. Dan siapa yang menahan marahnya maka Allah akan tutupi auratnya. Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia bisa menumpahkannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan di hari kiamat. Dan barangsiapa berjalan bersama saudaranya sampai ia memenuhi kebutuhannya, maka Allah akan mengokohkan kedua kakinya di hari ketika banyak kaki-kaki terpeleset ke api neraka” (HR. Ath Thabrani)
.
Ditulis dari orang yang untuk pertama kalinya berhasil dikasi surprise (sebelum-sebelumnya biasanya gagal dan gabisa ditipu haha)
.
Terima Kasih untuk Sari, Tari, Tiwi, Mawar, Zia
Jazakillah Khairan Katsiran
(Semoga Allah SWT membalas kebaikanmu)
-DA-
Komentar
Posting Komentar