Jarang-jarang sy menulis blog via komputer,
biasanya via hp.
berhubung hp tibatiba keyboardnya error karena kena air hujan:(
jadilah harus di rendem beras dulu semalaman.
semoga besok pagi udah bener lagi tuh hp.
aamiiin.
ternyata sudah terhitung 5 hari sy tidak update tulisan di instagram.
entah, belum ada mood.
inspirasi sebenarnya kalau dicari mah ada aja,..kalau dicari.
cuman, tak tau mengapa, untuk menghasilkan sebuah tulisan tidak hanya butuh inspirasi saja,
tetapi juga "mood".
saya adalah penulis yang masih memegang prinsip bahwa tulisan yang sy publikasikan bukanlah karena sy memaksakan diri sy untuk menulis tiap harinya,
tapi sy berprinsip dan selalu berusaha mencoba bahwa tulisan dibuat harus dari hati,
didasarkan pada sebuah background, yang memang tulisan itu ada tujuannya dan valuenya.
bagus bagus kalau punya mood dan background tiap harinya ehhehe.
Yak, hari ini sy akan membahas tentang bahagia.
Apakah bahagia itu?
Bahagia ternyata adalah suatu hal yang sering dikejar-kejar orang.
Tidak terkecuali.
Dulu, ketika melihat anak-anak rohis saat sekolah (SMP, SMA)
sampai di semester awal perkuliahan,
saya bertanya-tanya, mengapa anak-anak rohis tersebut terlihat bahagia seutuhnya?
berat ye? haha tapi emang bener.
saya melihat mereka tuh tulus ngerjain program kerja (yang jumlah prokernya ngalahin program kerja OSIS/BEM).
Juga...tak ada kata senioritas. Mereka terlihat saling menyayangi satu sama lain.
Seperti keluarga.
Saya dulu juga bertanya tanya, mengapa anak-anak rohis itu memilih masuk rohis?
Padahal kan dengan masuk rohis, kita jadi terbatas, gak bisa gaul,
Teruss. yaa intinya kita kan masih muda? ngapain sih care banget sama Agama sedari muda,
Muda itu kan waktunya mengeksplor segala hal,
sedangkan kita tau bahwa Agama adalah sebuah aturan, restriction, batasan,
yang jika kita tahu, maka kita mau tak mau harus mematuhinya.
Sampai sedemikian rupa jalannya, saya menjalani takdir sebagai pengurus rohani islam kampus,
berkenalan dengan mereka yang saya anggap jadul kuno tertutup gak gaul,
berbaur si alim yang saya kira kaku dan tak menarik,
banyak bertanya dan belajar..apa sebenarnya Islam?
Allah memang Maha Baik.
Saya hanya tercebur, namun Allah hadirkan teman-teman yang mengajarkan saya berenang.
Tidak hanya dari teman kampus,
Beberapa teman sewaktu dari SMP-SMA, bertemu kembali dengan saya dengan visi yang sama.
Yaitu lebih dari dunia.
Seorang sahabat pernah berkata,
"Aku rasa mereka tak benar-benar bahagia kak"
mengomentari fenomena beberapa anak muda zaman sekarang yang suka clubbing,
atau melakukan hal-hal lainnya yang bertentangan dengan Agama..
namun, 'terlihat' gaul.
Saya kemudian flashback ulang,
Jujur, entah orang mau bilang apa tentang sy yang suka update ttg Islam
Tapi bagi saya Islam is amazing!
Keren abis.
Gak mungkin gue simpen sendiri apa yang baru gue pelajarin,
intinya begitu.
Semakin kamu ragu, semakin Islam menantangmu menghadirkan hal selain Islam yang bisa mengalahkan Islam.
Tapi ternyata emang gak ada.
Gak ada yang bisa menandingi kebenaran dan kerennya Islam.
Seorang mualaf pernah berkata,
saat ia membaca seluruh isi Al-Qur'an,
walaupun ia tak tahu itu dari mana dan apakah benar/tidak,
tapi ia bertekad untuk menjadi ornag-orang teladan yang disebutkan dalam Al-Qur'an.
Saya pernah berpikir seperti ini.
Seandainya.."seandainya" apa yang dibilang orang-orang yang mendustakan kebenaran Al-Qur'an adalah benar,
seandainya pernyataan orang yang bilang kalau Quran itu karangan Nabi Muhammad,
kenapa justru Nabi Muhammad tidak menjadikan dirinya sebagai Tuhan?
mengapa Al-Qur'an menyatakan bahwa Muhammad hanyalah pemberi peringatan?
Seandainya.."seandainya" pun Al-Qur'an tidaklah benar, mengapa setiap kali membacanya, tak ada satupun hati kecil saya berkata itu "tak benar"?
Karena setiap perintah atau larangan, pasti kalau digali..dipikir-pikir...ditelisik lebih lanjut, pastilah perintah atau larangan itu ujung-ujungnya untuk kebaikkan manusia.
Perasaan tenang.
Saat itu saya ingat betul, seorang adik tingkat saya yang baru pakai hijab bercerita
"Jujur, aku ngerasa lebih tenang aja setelah pakai hijab",
walau hijabnya belumlah hijab yang syar'i,
ini menunjukkan bahwa selangkah apapun kepada kebaikkan,
akan selalu menimbulkan perasaan tenang.
Dalam 22 tahun terakhir,
Tidak ada perasaan yang lebih tenang dan nyaman, senyaman ketika mendekat kepada Sang Pencipta,
Tidak ada perasaan yang lebih tenang dan nyaman, senyaman ketika berkumpul di masjid membicarakan kisah-kisah para Nabi/Sahabat,
Tidak ada perasaan yang lebih tenang dan nyaman, senyaman ketika duduk menunggu iqomat solat berjamaah,
Tidak ada perasaan yang lebih tenang dan nyaman, senyaman ketika mendengar imam masjid melantunkan ayat suci Al-Qur'an.
Bahkan, membayangkannya saja, saya saat ini menulis sambil berkaca-kaca,
Mendengar orang melantunkan ayat Al-Quran tuh suka bikin saya mau nangis,
Walau belum tentu ngerti artinya.
Saya pernah berkumpul dengan anak-anak gaul jakarta,
Saya pernah berkumpul dengan anak-anak pintar akademik kampus,
Saya pernah berkumpul dengan anak-anak aktivits kampus,
Saya pernah berkumpul dengan anak-anak brandal kampus,
Namun tak satupun dari mereka yang bisa mengalahkan perasaaan nyaman yang saya dapatkan ketika berkumpul bersama teman-teman di majelis/masjid.
Walaupun saya gak semuanya kenal,
Ngerasa nyaman aja. Udah. Titik.
Jika kau tak pernah merasakan panas, maka kau tak akan pernah tau rasanya dingin.
Jika kau tak pernah merasakan sedih, maka kau tak pernah tau rasanya senang.
Maka,
Jika kau tak pernah merasakan bagaimana rasanya berkumpul dengan orang-orang shaleh, maka kau tak akan pernah tau bahwa Islam adalah kebahagiaan sesungguhnya.
Aku memang tak pernah ke diskotik,
Tapi lingkungan ku dekat dengan hal tersebut,
Aku memang penasaran dengan rasa apa yang didapatkan oleh anak-anak muda yang pergi ke klub, diskotik?
Tapi aku yakin mereka tak benar-benar bahagia.
Mereka hanya mengejar kebahagiaan semu.
Yang mereka ciptakan seolah-olah saja hatinya riang gembira.
Padahal aku yakin sekali hatinya kosong.
Hati kecilnya haus.
Sungguh, bukan saja untuk orang-orang di dunia malam,
Kekosongan itu bisa kita rasakan, jika sejengkal saja kita menolak melibatkan Islam
Lihat saja,
Manusia zaman sekarang,
Harta..Tahta..Keturunan..
Hal yang berbau materi saja yang terus manusia kejar.
Lulus SD, Kapan masuk SMP?
Lulus SMP, Kapan masuk SMA?
Lulus SMA, Kapan masuk kuliah?
Lulus Kuliah, Kapan masuk kerja?
Sudah dapat kerja, Kapan menikah?
Sudah menikah, Udah punya anak belum?
Anak Sudah Berapa?
.
.
Dan pertanyaan itu tiada henti
LALU?!
Kalau usia kita sudah mencapai angka kepala 6,
Apalagi yang akan ditanyakan?
Wahai saudara seimanku,
Sungguh,
Aku adalah seorang pembelajar yang harus dan harus terus belajar,
Aku hanya ingin mengingatkan,
Bahwa hati kecil kita tak akan pernah berani berbohong.
Jika masih ada rasa kosong di hatimu,
Maka kau tak benar-benar bahagia,
Carilah kebenaran itu sampai ketemu.
Klasik kedengarannya ya? Tapi kau akan mengetahuinya nanti,
Mengapa aku bisa menulis sepanjang ini.
Saudaramu,
Mintaka Aldara.
Komentar
Posting Komentar