Tidak Mesti Tua Muda

Waktu saya masih umur belasan, sy menjalani hidup dengan prinsip "yaudhlah let it flow", belajar biar jadi pinter, bergaul biar jadi anak gaul, beribadah karena kewajiban. Intinya yang penting jadi anak baik walau gak tau standar baik seperti apa yg sy jadikan acuan
.
Dari kecil hingga sekarang, sy hidup dalam keluarga yang dari sisi pengajaran Agama yaa so so lah, bukan yang mengabaikan tapi bukan juga keluarga yang amat taat. Tapi walaupun begitu, pendidikan moral dan lingkungan yang baik jadi perhatian utama kedua orang tua saya
.
Singkat cerita, dari lahir hingga remaja saya memeluk Agama Islam by nature alias Islam karena orang tua sy juga Islam. Tanpa mengerti apa arti Islam, mengapa sy harus memilih Islam sbg Agama, atau mengapa para alim mengatakan Islam adalah agama sempurna
.
Pikir sy, saya masih MUDA, muda sama dengan main-main, bukan waktunya untuk serius-serius amat untuk hal yg seharusnya yg TUA yg memikirkannya. Yang penting solat dijalanin, utang puasa dibayar, gak ngelawan sama orang tua
.
Sampai seiring berjalannya waktu, melihat dan mendengar dari teman-teman yang menginspirasi, saya makin mengerti "Why must I choose Islam", dan gimana sempurnanya Islam yang ajarannya mencakup semua aspek kehidupan untuk seluruh umat manusia. Yang semua pertanyaan manusia bisa dijawab Al-Qur'an dengan logis, 100% benar, dan bikin bertambah kagum ketika mendengarkan atau membacanya
.
Sewaktu umur 5 tahun, ketika ada sodara yang meninggal, sy pikir meninggal itu fase yg akan ditemui kalo kita sudah tua. Karna saya melihat kakek dan ada tetangga yang meninggal di usia tua (namanya juga anak kecil ya mikirnya gtu😂)
.
Setelah remaja, mengertilah sy bahwa siapapun bisa meninggal, kapanpun dan dimanapun. Dan tiada seorang pun yg bisa menjamin.. "seperti apa kehidupan manusia setelahnya"
.
Ditambah lagi kabar kematian sanak saudara yang tergolong masih "muda", semakin jadi pengingat saya ketika sy menganggap remeh perkara usia. Ketika sy menganggap muda=mainmain
.
Tak sedikit saudara/kerabat sy yang meninggal muda. Dua orang sepupu sy meninggal di usia 20an dan 30an karena diduga sakit maagh. Ada juga saudara usia 20an yang sudah mau menikah, namun gagal karna sakit radang otak kemudian tak terselamatkan
.
Teman kuliah sy, sudah janjian untuk berlibur bersama sy dan bbrp teman.. namun tak kunjung datang di stasiun KA saat hari H dan ternyata pada hari itu ia kecelekaan-koma-sampai akhirnya dipanggil oleh-Nya.
.
Seorang teman pernah bercerita bahwa saat ia magang di salah satu perusahaan ternama di Indonesia, kebetulan ia diamanahkan untuk mengajar ngaji karyawan disana (yg sudah sangat senior dan tentu lebih tua drpd teman sy)
.
Saat teman sy mengajar, ada seorang karyawan usia senja yg menitikan air mata. Beliau menangis karna slama ini merasa hidupnya lebih banyak terkuras untuk pekerjaan dibandingkan untuk agamanya
.
Kemudian karyawan tsb berpesan kpd teman sy untuk bersyukur kpd Allah SWT karna diberi kemudahan untuk mendalami Islam semenjak muda
.
Poin menarik yang dapat kita ambil bahwa ternyata tidak mesti menunggu TUA untuk mempelajari Islam, atau tidak mesti yang TUA yang menghadap-Nya duluan
.
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. [Q.S. Al Jumu’ah:8].
.
Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. [HR. At- Tirmidzi].