Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Satu hari tiga cerita (3)

[Financial Technology yang Menyayat Hati] Cerita terakhir datang dari seorang teman lama satu almamater. Ada yang baru dari rupanya. Ia telah beranjak. Berhijab. "Di (ia menyebutkan nama kantor lamanya), adalah titik balik kehidupan gue." "Di sana belajar banyak hal." Saya sangat lega ketika mendengar iatak lagi bekerja di lembaga riba. Bukan. Bukan rentenir. Tapi lembaga riba yang lebih modern. Industri nya di istilahkan dengan "Fintech". Walau perlu dicatat tidak semua fintech mengandung riba, Nyata nya.. fintech yang proses bisnisnya riba.. sekarang digandrungi masyarakat. Maksud saya, pinjam dana online. Saya pun dengan khidmat mendengarkan ceritanya. Teman saya ini saat bekerja disana, bekerja sebagai lead researcher yang salah satu tugasnya keluar luar kota mengamati proses penagihan si tukang tagih. "Yaa lo tau gw gak tegaan kan." Lalu teman saya menceritakan banyak case yang ia temui. Ada seorang wanita yang bunuh diri kare...

Satu hari tiga cerita (2)

Fondasi PAUD Cerita kedua, yang sebenarnya saya dengarkan duluan sebelum cerita pertama.. datang dari rekan kantor saya juga. Seperti biasanya, tiap makan siang kami duduk ngeriung ngelingkar bareng di sebuah ruangan dekat dapur untuk makan lesehan bersama. Lupa awalnya bagaimana, teman saya ini bercerita tentang masa kecilnya. Dimana saat ia SD.. betul betul ia di didik dengan pendidikan agama yang extra. Pagi sampai siang sekolah negeri kemudian pulang sebentar.. mandi.. dan langsung bersiap-siap untuk sekolah sore madrasah ibtidaiyah. Begitu terus berlanjut sampai ia lulus SD . Namun teman saya mengaku ia tidak terlalu suka pendidikan yang seperti itu, menbuatnya terkekang, dan malah sewaktu SMP ia mencoba coba hal baru walaupun tau hal itu salah. Tapi biar begitu, ia mengakui ia..kakak.. dan adiknya diberikan fondasi yang kuat saat kecil terkait agama . Hal ini menjawab pertanyaan saya. Karena dari beberapa teman kantor yang saya kenal, teman saya ini salah satu yang tak ting...

Satu hari tiga cerita

Dunia tetap berjalan Cerita pertama datang dari rekan kerja saya. Seperti biasa kami yang tak sungkan berbagi keluh kesah maupun suka tentang pekerjaan, sering kali membicarakan nilai nilai kehidupan. Ea . Kemarin kami sedang berkhayal.. membayangkan pekerjaan yang kami impikan. Beda mimpi tentu. Lalu kami bertanya tanya sendiri, tapi.. apakah jika kami sudah mendapatkan pekerjaan yang kami mau, semuanya selesai? Jawabannya belum tentu . Sama seperti kaum kami, yaa kami wanita kebanyakkan yang sering mau menyerah ketika beban kerja terasa sangat menekan "ah mau nikah aja kalo kayak gini". Tapi kami seakan lupa bahwa menikah bukan berarti tak ada masalah. Kami lupa bahwa manusia hidup dari satu masalah menuju ke masalah berikutnya. Selama ia hidup, pasti ia punya masalah. Beda dengan ketika di surga.. tak ada lagi ada yang namanya masalah. Jadi kuncinya bukan kondisi kita yang membuat kita bahagia, tapi cara kita menanggapi atau menghadapi kondisi kita yang menentukan p...

Cerita detail

Beberapa menit yang lalu, saya update feeds. Tentang luang. Dan saya memajang gambar rak rak buku gramedia yang baru saja saya ambil beberapa jam lalu. Sepulang kerja. "Kalo ketemu boleh nih. Ceritain detail." Saya tersenyum membaca sebuah komentar yang muncul dalam laman komen instagram saya. Mengapa? Karena tak panjang ceritanya, tak sedetail yang dibayangkan alurnya. Hanya sebatas menyayangkan diri. "Mengapa baru sekarang suka menyelami aksara?" Mengapa baru sekarang di saat waktu luang sedikit dengan tuntutan yang semakin meranjak? Teringat percakapan saya dengan seorang sahabat saya sewaktu kami kelas tahsin (kelas belajar membaca Qur'an). Yang termuda di kelas kami sedang setoran bacaan ke ustadzah kami. Ia masih duduk di bangku SMA. Entah kelas berapa. Tapi yang pasti, ia sering izin pulang duluan saat kelas tahsin. Karena harus masuk sekolah untuk ikut ekstrakurikuler. "Wah pas banget ya. (Sambil melihat ke arah teman kami yang termuda i...

Penerimaan Wanita Pemimpi

[Penerimaan Si Wanita Pemimpi] Kemarin saya bertemu wanita pemimpi, Bagaimana tidak, di saat yang saya pikirkan hanyalah mau bolang (re:main) kemana setelah usai sekolah, Ia sudah merencanakan masa depannya dengan jelas. Ingin kuliah jurusan apa. Ingin jadi apa.  Di usia yang masih belasan. Ya. Saat saya masih memakai seragam putih yang sedikit dikeluarkan bagian belakangnya dengan rok biru dongker yang bandel nya, agak sedikit diatas lutut Bertahun-tahun setelahnya, kami tetap menyempatkan bersua. Meski ia di kota yang berbeda, sampai tiba kemarin.. Ia kembali ke kota yang sama dengan saya. Kota di mana kami tinggal. Mulai lah ia bercerita, bahwa kini mimpinya berubah. Heran. Sampai saya heran ketika ia berkata "tahun ini gw gaada rencana apa-apa sih". "I want to marry me first" Kemana ia dengan mimpi nya yang tinggi itu? Yang ketika taun lalu atau dua tahun lalu, saya memandangnya dengan wanita visioner.. Dengan tatapan yang sangat tajam a...