Dunia tetap berjalan
Cerita pertama datang dari rekan kerja saya. Seperti biasa kami yang tak sungkan berbagi keluh kesah maupun suka tentang pekerjaan, sering kali membicarakan nilai nilai kehidupan. Ea
.
Kemarin kami sedang berkhayal.. membayangkan pekerjaan yang kami impikan. Beda mimpi tentu. Lalu kami bertanya tanya sendiri, tapi.. apakah jika kami sudah mendapatkan pekerjaan yang kami mau, semuanya selesai?
Jawabannya belum tentu
.
Sama seperti kaum kami, yaa kami wanita kebanyakkan yang sering mau menyerah ketika beban kerja terasa sangat menekan "ah mau nikah aja kalo kayak gini". Tapi kami seakan lupa bahwa menikah bukan berarti tak ada masalah. Kami lupa bahwa manusia hidup dari satu masalah menuju ke masalah berikutnya. Selama ia hidup, pasti ia punya masalah. Beda dengan ketika di surga.. tak ada lagi ada yang namanya masalah. Jadi kuncinya bukan kondisi kita yang membuat kita bahagia, tapi cara kita menanggapi atau menghadapi kondisi kita yang menentukan perasaan kita. Begitu suh teorinya. Dan seharusnya memang begitu
.
"Aku jadi inget percakapan aku saat ngobrol dengan adikku. Dunia ini akan tetap berjalan. Dunia ini akan tetap berjalan walaupun kita sedih kek, kesel.. karena kita hanya se..(lalu ia mengisyaratkan dengan jarinya bahwa manusia tuh kecillll bgt). Jadi yaa kondisi kita ga akan berpengaruh terhadap dunia ataupun malahan alam semesta."
.
Mengingatkan saya bahwa perbandingan dunia dan akhirat ibarat hanyalah setetes air dibandingkan dengan luasnya lautan
Cerita pertama datang dari rekan kerja saya. Seperti biasa kami yang tak sungkan berbagi keluh kesah maupun suka tentang pekerjaan, sering kali membicarakan nilai nilai kehidupan. Ea
.
Kemarin kami sedang berkhayal.. membayangkan pekerjaan yang kami impikan. Beda mimpi tentu. Lalu kami bertanya tanya sendiri, tapi.. apakah jika kami sudah mendapatkan pekerjaan yang kami mau, semuanya selesai?
Jawabannya belum tentu
.
Sama seperti kaum kami, yaa kami wanita kebanyakkan yang sering mau menyerah ketika beban kerja terasa sangat menekan "ah mau nikah aja kalo kayak gini". Tapi kami seakan lupa bahwa menikah bukan berarti tak ada masalah. Kami lupa bahwa manusia hidup dari satu masalah menuju ke masalah berikutnya. Selama ia hidup, pasti ia punya masalah. Beda dengan ketika di surga.. tak ada lagi ada yang namanya masalah. Jadi kuncinya bukan kondisi kita yang membuat kita bahagia, tapi cara kita menanggapi atau menghadapi kondisi kita yang menentukan perasaan kita. Begitu suh teorinya. Dan seharusnya memang begitu
.
"Aku jadi inget percakapan aku saat ngobrol dengan adikku. Dunia ini akan tetap berjalan. Dunia ini akan tetap berjalan walaupun kita sedih kek, kesel.. karena kita hanya se..(lalu ia mengisyaratkan dengan jarinya bahwa manusia tuh kecillll bgt). Jadi yaa kondisi kita ga akan berpengaruh terhadap dunia ataupun malahan alam semesta."
.
Mengingatkan saya bahwa perbandingan dunia dan akhirat ibarat hanyalah setetes air dibandingkan dengan luasnya lautan
Luar biasaaaa... Setujuuu
BalasHapus